Paradoks antara Stephen Hawking, Albert Einstein & Agama

Kaum agamawan umumnya suka memakai contoh diri Stephen Hawking sebagai seorang ateis yang kena kutuk Tuhan. “Lihatlah! barangsiapa Ateis, dia akan terkena kutuk Tuhan, seperti diri Stephen Hawking yang dibuat lumpuh total!”. Kata mereka.


Apa komentar saya terhadap kaum agamawan yang berpendapat demikian tentang diri Stephen Hawking? Pertama, jika Stephen Hawking jadi lumpuh total karena dia dikutuk Tuhan, karena dia Ateis — maka betapa kejamnya Allah kaum agamawan. Jika anda membutuhkan teologi tentang Allah yang kejam, ingatlah bahwa teologi anda adalah juga psikologi anda yang sebenarnya; anda sendirilah yang sebenarnya berjiwa kejam, bukan Allah manapun.

Kedua, meskipun tubuhnya lumpuh total karena serangan berkelanjutan penyakit neurone motoris yang berhubungan dengan penyakit sclerosis lateral amyotrofik (ALS) sejak dia berusia 21 tahun, semangat hidupnya tak mati dan pikirannya tak lumpuh. Kenyataan seperti itu pada diri Stephen Hawking menunjukkan dia tidak dikalahkan oleh Allah kaum agamawan yang kata mereka telah mengutuknya. Bahwa Hawking terkena sakit semacam ini, memperlihatkan dirinya sama dengan manusia lain, bisa terkena penyakit, bukan karena dia berdosa terhadap Tuhan apapun.

Ketiga, dalam kenyataannya Stephen Hawking, meskipun lumpuh, lebih hebat dan lebih berprestasi dibandingkan anda yang sehat jasmaniah. Meskipun dia lumpuh total secara bertahap, sekian buku berkualitas “best seller” telah ditulisnya lewat pikirannya yang brilliant. Teknologi modern telah membantu Stephen Hawking melampaui kelumpuhannya dan tetap produktif menulis.

Bagaimana dengan anda kaum agamawan yang suka melecehkannya? Saya bertanya-tanya, gimana kalau anda yang menjadi Stephen Hawking? Mungkin sekali anda telah lama memutuskan untuk melakukan euthanasia, yakni memilih mati dengan disengaja sebagai pilihan terbaik ketimbang menanggung penderitaan berat dalam jangka waktu yang panjang. Pendek kata — bagi saya, Stephen Hawking lebih sehat dari orang sehat, lebih hidup dari orang hidup. Dan saya sangat mengaguminya.

Kaum agamawan suka sekali mengutip pernyataan Albert Einstein bahwa “sains tanpa agama lumpuh, dan agama tanpa sains buta”. Sehabis mengutipnya, mereka langsung berkata, Lihatlah Einstein itu saintis yang saleh, maka itu hidupnya lurus, sehat dan bugar, tak seperti Stephen Hawking yang lumpuh. Malah ada agamawan yang sangat eksentrik sampai bisa menyatakan bahwa Einstein adalah seorang Muslim syi’ah yang hidupnya diberkati Allah.

Pada sisi lain, banyak juga orang Kristen evangelikal menyatakan bahwa Einstein adalah seorang Kristen saleh yang hidupnya diperkenan dan diberkati Yesus. Kaum agamawan Buddhis juga mengklaim bahwa Einstein pernah menyatakan Buddhisme non-teis adalah agama yang sejalan dengan sains modern.

Harus diakui bahwa Einstein melihat kemungkinan Buddhisme adalah agama yang paling akomodatif terhadap sains modern setelah sang saintis hebat ini membaca tentang Buddhisme lewat tulisan-tulisan Schopenhauer.


Tulis Einstein, “Jika ada agama yang dapat berhadapan dengan kebutuhan-kebutuhan saintifik modern, agama ini adalah Buddhisme”

Juga, “Buddhisme, sebagaimana kami telah pelajari dari tulisan-tulisan hebat Schopenhauer, berisi jauh lebih kuat elemen-elemen perasaan keagamaan kosmik.”

Rupanya kaum agamawan berkepentingan untuk menarik Einstein ke kubu agama mereka masing-masing dan memanfaatkannya. Pertanyaan pentingnya adalah apakah Einstein seorang saintis yang beragama. Kalau kita telusuri tulisan-tulisan Einstein tentang Allah dan agama, kita harus simpulkan bahwa Einstein adalah seorang Ateis, Agnostik, Deis, atau mungkin Panteis (yang pasti bukanlah seorang Teis yang taat agama), tidak percaya pada Allah yang diberitakan agama-agama monoteistik, termasuk Allah bangsa Yahudi, bangsanya sendiri.

Kalau Einstein memunculkan kata Allah dalam tulisan-tulisannya, kata ini diberi makna metaforis olehnya, bukan makna ontologis. Umumnya memang begitu; Kalau seorang saintis Ateis memakai kata Allah, kata ini bermakna metaforis, tak bermakna literal. Kalau Einstein berkata-kata tentang Allah, bagi dia Allah adalah struktur kosmologis yang sangat mempesonanya, yang diatur hukum-hukum kosmologis. Einstein dengan tegas menolak untuk percaya pada suatu Allah personal yang diberitakan tiga agama monoteistik, Yahudi, Kristen dan Islam.

“Tentu saja suatu dusta jika anda membaca tentang keyakinan-keyakinan keagamaan saya, suatu kebohongan yang dengan sistimatis diulang-ulang. Saya tidak percaya pada suatu Allah personal dan saya tidak pernah menyangkali hal ini tetapi telah mengungkapkannya dengan jelas. Jika ada sesuatu dalam diri saya yang dapat disebut religius, maka ini adalah suatu kekaguman tanpa batas terhadap struktur dunia yang sejauh ini sains dapat menyibaknya.” (Albert Einstein, The Human Side, 1954, disunting oleh Helen Dukas dan Banesh Hoffman, Princeton University Press)

“Saya tidak pernah mengenakan pada Alam suatu maksud dan tujuan, atau apapun yang dapat dipahami sebagai antropomorfisme. Apa yang saya lihat dalam Alam adalah suatu struktur yang menakjubkan, yang dapat kita pahami hanya dengan sangat tidak sempurna, dan hal itu harus mengisi seorang pemikir dengan suatu perasaan kerendahan hati. Ini adalah suatu perasaan religius murni yang tidak ada hubungannya dengan mistisisme.” (Albert Einstein)

Apa yang dimaksud dengan “religius” oleh Einstein, sangat tak terduga dalam pikiran kaum agamawan, karena sang saintis ini menyatukan religiositas dengan nalar. Einstein menulis,

“Melalui hikmat dan pemahaman, manusia mendapatkan pembebasan yang berjangkauan luas dari segala belenggu pengharapan dan hasrat pribadi, dan dengan itu mereka memperoleh sikap dan perilaku pikiran yang penuh kerendahan hati terhadap keakbaran Nalar yang mewujud dalam kehidupan, dan yang, sedalam-dalamnya, dapat dimasuki manusia. Sikap dan perilaku akal budi yang rendah hati inilah yang tampak bagiku religius, dalam arti setinggi-tingginya kata ini…semakin jauh perkembangan evolusi spiritual manusia, semakin pasti bagiku bahwa jalan menuju religiositas yang murni tidak terletak pada ketakutan akan kehidupan atau ketakutan akan kematian dan iman yang membuta, melainkan pada usaha keras untuk mendapatkan pengetahuan rasional.”

Kalau Einstein menyatakan bahwa “Allah tidak sedang bermain dadu”, Allah dalam pernyataannya ini adalah hukum-hukum sains yang deterministik. Tentang determinisme saintifik, dalam jawabannya terhadap pertanyaan seorang anak apakah Einstein sebagai seorang saintis berdoa, Einstein menulis,

“Pengkajian saintifik didasarkan pada ide bahwa segala sesuatu yang sedang terjadi ditentukan oleh hukum-hukum Alam, dan dengan demikian determinisme ini juga berlaku bagi setiap tindakan manusia. Karena itulah, seorang saintis peneliti hampir-hampir tidak bisa percaya bahwa kejadian-kejadian dalam jagat raya ini dapat dipengaruhi oleh sebuah doa, yakni oleh suatu permintaan yang ditujukan kepada suatu Oknum Adikodrati.”

Lebih lanjut tentang determinisme saintifik, Einstein menulis,

“Aku tidak dapat membayangkan suatu Allah personal yang langsung mempengaruhi tindakan-tindakan orang per orangan, atau secara langsung duduk mengadili semua ciptaan yang telah dibuatnya sendiri. Aku tak dapat membayangkan semua ini kendatipun kausalitas mekanistik (/deterministik) dalam batas tertentu telah diragukan oleh sains modern [Dalam hal ini, yang Einstein maksudkan adalah mekanika Quantum yang telah menghancurkan determinisme saintifik].”

Begitu juga, kalau Einstein menyatakan “sains tanpa agama lumpuh, dan agama tanpa sains buta” (Albert Einstein, 1941), dia tidak sedang membela agama-agama monoteistik atau menyamakan sains dan agama atau sebaliknya. Kalau Einstein menulis tentang Allah/agama, baginya Allah/agama adalah daya pesona yang muncul dari struktur kosmologis yang taat pada hukum-hukum sains, sejauh hukum-hukum ini sudah dapat dipahami. Dalam banyak segi, Allah dalam pandangan Einstein sejalan dengan Allah dalam pandangan Baruch de Spinoza, Allah sebagai hukum-hukum sains. Tulis Einstein,

“Aku percaya pada Allah Spinoza yang mewahyukan diri dalam harmoni dan keteraturan segala yang ada, bukan pada Allah yang sibuk mengurusi nasib dan tindakan manusia.”

Dalam dunia sains, ada dua metafora tentang Allah, yakni Allah Baruch de Spinoza dan Allah Einstein, yakni hukum-hukum kosmologis yang menatastrukturkan jagat raya dengan sangat menakjubkan dan deterministik dan belum terpahami semuanya.

Kalaupun Einstein mempunyai visi tentang suatu agama masa depan, agama ini dirumuskannya demikian:

“Agama masa depan akan berupa suatu agama kosmik. Agama ini harus melampaui Allah personal dan menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik yang natural maupun yang spiritual, agama ini harus didasarkan pada suatu perasaan keagamaan yang muncul dari pengalaman bahwa segala sesuatu yang alamiah dan yang spiritual ada dalam suatu kesatuan yang bermakna. Buddhisme menjawab gambaran tentang agama yang demikian. Jika ada agama apapun yang dapat berhadapan dengan kebutuhan-kebutuhan saintifik modern, agama ini adalah Buddhisme.”

Sekalipun Einstein berbicara tentang hal-hal yang spiritual, sang saintis ini tidak percaya bahwa manusia memiliki roh yang akan meninggalkan tubuh ketika manusia mati. Tulisnya,

“Aku tidak dapat membayangkan suatu Allah yang memberi pahala dan yang menghukum objek-objek ciptaannya, yang memiliki tujuan-tujuan yang disusun berdasarkan model dari kita sendiri, suatu Allah, pendek kata, yang hanya merupakan suatu cerminan kelemahan moral manusia. Aku juga tidak dapat percaya bahwa kita orang per orangan akan bertahan, meninggalkan tubuh kita, setelah kematian, kendatipun jiwa-jiwa yang ringkih memegang pikiran-pikiran semacam itu karena rasa takut atau karena egotisme yang memalukan” (Albert Einstein, obituary dalam New York Times, April 19, 1955)

Lagi, tulis Einstein,

“Aku tak dapat membayangkan suatu Allah yang memberi pahala dan menghukum ciptaan-ciptaannya, atau yang memiliki kehendak semacam itu yang kita alami dalam diri kita sendiri. Juga aku tidak dapat atau tidak ingin membayangkan bahwa seorang manusia akan bertahan setelah kematian tubuh jasmaniahnya; biarlah jiwa-jiwa yang ringkih, karena rasa takut atau karena egotisme yang tak masuk akal, berharap pada pemikiran semacam itu. Aku puas dengan misteri keabadian kehidupan, bersama dengan kesadaran dan penglihatan sekilas atas struktur yang menakjubkan dari dunia yang sekarang ada, bersama dengan usaha yang serius untuk memahami Nalar sebagian saja, sekalipun sangat sedikit, yang menyatakan dirinya sendiri dalam alam.”

Lagi,

“Aku tidak percaya pada keabadian seorang manusia individual, dan aku memandang etika sepenuhnya adalah perkara manusia tanpa ditopang oleh suatu otoritas adiinsani di baliknya.”

Jelaslah, etika atau moralitas yang diperlukan manusia untuk mengatur masyarakat, bagi Einstein, bukanlah moralitas yang bersumber pada agama, melainkan, tulisnya,

“Perilaku moral manusia harus dilandaskan secara efektif pada simpati, pendidikan, dan kebutuhan-kebutuhan serta ikatan-ikatan sosial; untuk moralitas, basis keagamaan tidak diperlukan. Sesungguhnya betapa malangnya manusia jika tindakan-tindakan moralnya dikendalikan oleh ketakutan akan penghukuman dan pengharapan akan mendapatkan pahala setelah kematian.” (Albert Einstein, “Religion and Science” dalam New York Time Magazine, November 9, 1930)

Dan lagi,

“Fondasi moralitas haruslah tidak dibuat bergantung pada mitos atau diikatkan pada otoritas apapun supaya keraguan atas mitos itu atau keraguan akan legitimasi otoritas itu tidak membahayakan fondasi yang berupa pertimbangan dan tindakan yang matang.”

Juga, tulis Einstein,

“Tidak ada yang ilahi pada moralitas; melainkan moralitas itu sepenuhnya adalah urusan manusia.”

Jadi kaum agamawan, yang saya yakin suaaangaaattt bijaksana, jangan kalian ringkas kata — meng-agama-kan Einstein atau berusaha menariknya ke kubu kalian. Let Einstein be Einstein. Let science be science 😉

P.s. Ini hanya Paradoks saya, yang berupa alasan, asumsi, penarikan kesimpulan di logika saya. Jadi tidak ada sumber referensi yang bisa dipercaya. Tapi sekali-kali buka mata dan melihat keluar nggak ada salahnya, kan? 🙂

45 comments on “Paradoks antara Stephen Hawking, Albert Einstein & Agama

  1. dari tulisan Anda di atas saya menyimpulkan 2 hal ..
    pertama, Anda berasumsi bahwa semua hal tentang penciptaan bumi & jagat raya ini dapat dijelaskan secara sains & logika ..
    kedua, konteks ke ilahian dari para agamawan yang Anda kenal menurut Anda hanya kesesatan dari perspektif logika yang keliru serta berasal dari sumber yang tak dapat dijelaskan atau dibuktikan ..

    saya ingin menanyakan 2 hal kepada Anda ..
    1. Sejauh mana Anda mengenal agama & terlibat didalamnya .. ?
    2. Apakah Anda akan tetap seperti sekarang ini (dalam keyakinan terhadap agama) jika Anda tidak pernah mengenal Einsten, Stephen Hawking & para tokoh yang Anda sebut Atheis .. ?

    Kesimpulan saya, Anda hanya orang yang kurang puas terhadap jawaban dari pertanyan yang Anda ajukan kepada tokoh agama tertentu ..
    Anda jangan hanya mengklaim sesuatu dengan logika sempit sementara Anda tidak pernah terlibat didalam apa yang Anda klaim tersebut ..

    • Kita semua tidak tahu tuhan itu ada atau tidak. Dan kita tidak tahu bagaimana tuhan itu dan apa atinya tuhan menurut masing2 personal.
      Dalam hal ini tidak ada yang salah dari statement penulis dan juga tidak ada yang salah dari statement komentator. Tetapi jgn saling menghujat dan menyalahkan !
      Yang saya tahu adalah, selama itu baik tidak merugikan diri sendiri dan org lain jalani dan lakukan saja.
      Itu menurut saya ^^ peace

      • Sehat tidak kamu bro? Yang jelas seorang atheis adalah materialis dan selalu beralasan rasionalis..tapi sayang rasionalismenya terkurung loleh dinding kebodohannya, terang didalamnya dan gelap gulita diluar. Lalu atheis berkata, “persetan dengan apapun yang ada diluar sana…semuanya gelap tak terlihat, semua omong kosong, semua khayalan dari orang yang tak mau tinggal terkurung di kamar kita. Ckckckck….beginilah cara berpikir sang Atheis…cendek, ceper tur dangkal, one-sighted: WYSIWYB: what you see is what you beleive….

  2. Tuhan itu tidak ada. Surga adalah dongeng dari orang-orang yang takut akan kematian. kehidupan berakhir saat segala yang berfungsi dalam tubuh berakhir. Tidak ada kehidupan sesudah kematian. Tidak ada hal apapun yang dapat mengganggu-gugat fakta bahwa Tuhan tidak ada.

    • Sehat tidak kamu guys? Yang jelas seorang atheis adalah materialis dan selalu beralasan rasionalis..tapi sayang rasionalismenya terkurung loleh dinding kebodohannya, terang didalamnya dan gelap gulita diluar. Lalu atheis berkata, “persetan dengan apapun yang ada diluar sana…semuanya gelap tak terlihat, semua omong kosong, semua khayalan dari orang yang tak mau tinggal terkurung di kamar kita. Ckckckck….beginilah cara berpikir sang Atheis…cendek, ceper tur dangkal, one-sighted: WYSIWYB: what you see is what you beleive….

  3. Pingback: Paradoks antara Stephen Hawking, Albert Einstein & Agama | Dhammavijja

  4. penulis jangan sok tau tentang IMAN seseorang,
    Tuhan yang tau bagaimana keadaan terakhir Einstein sebelum meninggal,
    di detik terakhir hidupnya bisa saja dia mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, yaitu memilih Tuhan yang sudah menebus semua dosanya,

    manusia adalah debu yang diberi roh,
    kemana rohmu setelah mati?
    SURGA atau NERAKA?

    itu ditentukan dengan IMANmu,

    takutnya manusia terhadap KEMATIAN adalah ALARM dari rohnya sendiri untuk SEGERA mengambil keputusan percaya kepada Tuhan,
    atau SEMUA AKAN SANGAT TERLAMBAT SAAT KAMU MATI,

    • Sehat tidak kamu bro? Yang jelas seorang atheis adalah materialis dan selalu beralasan rasionalis..tapi sayang rasionalismenya terkurung loleh dinding kebodohannya, terang didalamnya dan gelap gulita diluar. Lalu atheis berkata, “persetan dengan apapun yang ada diluar sana…semuanya gelap tak terlihat, semua omong kosong, semua khayalan dari orang yang tak mau tinggal terkurung di kamar kita. Ckckckck….beginilah cara berpikir sang Atheis…cendek, ceper tur dangkal, one-sighted: WYSIWYB: what you see is what you beleive….

  5. hehehhee hawking pernah mengakui Tuhan koq,cuma dlm pikiran dia, memisah kan TUHAN dgn ciptaan nya..artinya setelah tuhan mencipta,alam tereaksi sndiri tanpa campur tangan tuhan,, ini suatu yg keliru jika mengacu kpd Einstein , michel Behe,dan ilmuan bio kimia lain nya.. einstein pernah bilang : religion without science is blind…etc 🙂

  6. untuk apa setiap orang dilahirkan?
    apakah kita lahir tanpa tujuan?
    kenapa ada manusia yang berbeda dari mahluk lain?

    *kita mulai brainstroming

  7. Kita coba keluar dulu dr Agama
    dan main Logika aja seperti Kamj yg ATHEIS

    . suatu ketika waktu q mau menyeberangi jembatan dan ternyata jembatanya ambrol karena terkena hantaman air sungai yg sangat deras
    . lalu q jadi sangat gelisah GIMANA CARA KU AGAR BISA MELINTASI SUNGAI ITU?
    . Tiba2 Ada Pohon yg tumbang disebelam ku
    lalu pohon itu menjadi perahu dg sendirinya plus ada dayungnya
    . Tak usah fikir lama aq naik aja tu perahu dan anehnya oerahu itu berjalan sendiri mengantarkan aku melintasi sungai. THE END

    …………..

    Dari kisah q tadi anda percaya tidak?
    pasti anda tidak mempercayainya.
    Good

    so….
    Cerita saya diatas itu juga mengambarkan tentang jagat raya ini.
    APAKAH ada matahari ada bulan ada bintang ada bumi yg kini kita tinggali ini ADA DENGAN SENDIRINYA BIM SALABIM ADA KADABRA???
    Sangat tidak masuk akal sekali kalaw tidak ada penciptannya.
    Dibalik wayang pasti ada dalang
    dibalik film pasti ada sutradara
    dibalik Ciptaan pasti ada pencipta.

    DAH SAYA RASA PENJELASAN INI SUDAH DENGAN MUDAH MENGALAHKAN PEMIKIRAN ATHEIS.

    • se7…! tidak perlu berpikir kompleks untuk memahami keberadaan Pencipta Semesta. Karena sesungguhnya Pencipta Semesta itu, hadir dalam kesederhanaan cara melihat, berpikir, dan bertindak..

    • “APAKAH ada matahari ada bulan ada bintang ada bumi yg kini kita tinggali ini ADA DENGAN SENDIRINYA BIM SALABIM ADA KADABRA???”

      Jika begitu, siapa yang menciptakan tuhan? Jika Anda saja boleh meyakini bahwa tuhan sebagai entitas yang tidak diciptakan dan tidak bermula maka mengapa kaum atheis tidak boleh beranggapan bahwa alam semesta ini tidak diciptakan dan tidak bermula?

  8. Anda memikirkan Tuhan (Pencipta Semesta) dengan menggunakan nalar dan logika, yang mana Tuhan telah ada jauh sebelum nalar dan logika itu sendiri eksis, ingat Einstein pun tidak tahu sebenarnya Tuhan eksis atau tidak, Einstein pun tidak bisa memberikan bukti yang tak terbantahkan tentang “ketiadaan” Tuhan, maka saya ingin melayangkan sebuah saran kepada pembaca dan penulis, jangan ikut-ikutan pandangan orang lain tanpa pemikiran yang matang dan tanggung jawab atas kebenaran atau kesalahan pandangan tersebut. Sebagai contoh, jika saya atheis atau pantheis atau agnostik dsb, dikarenakan saya mengikuti Einstein yang amat saya kagumi, lalu saya mati dan baru mengetahui keberadaan Tuhan, betapa menyesalnya saya mengikuti Einstein, maka pikirkan baik-baik pandanganmu, lalu bertanggungjawablah atas pilihan yang kau buat…

  9. Yg gampang saja. Mereka Para penghuni hutan yg percaya pada jin bisa mengirimkan and a santet, penyskit DLL. Jelaskan ITU dulu pakai sains Dan logika anda. Klo bisa , baru Kita bicara soal Tuhan.

  10. Intinya bila ingin pelajari agama harus dr sumbernya jangan pernah belajar mengenai islam dr sudut pandang kristen saja atau pun belajar kristen dr sudut pandang islam. begitu pun agama lainnyaa. jadi kita tahu mengenai kebenaran yg hakiki mengenai agama tsb. Ingatlah “0+0+0 tidak akan pernah hasilnya 1”

  11. Intinya bila ingin pelajari agama harus dr sumbernya jangan pernah belajar mengenai islam dr sudut pandang kristen saja atau pun belajar kristen dr sudut pandang islam saja. Begitu pun agama lainnya. Dgn begitu jadi kita tahu mengenai kebenaran yg hakiki mengenai agama tsb. Ingatlah “0+0+0 tidak akan pernah hasilnya 1″

  12. Hidup adalah pilihan.
    dan, kita dapat berasumsi bahwa Tuhan ada atau tidak itu tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.

    Ilmu pengetahuan mengatakan, bahwa Tuhan hanyalah sebuah kata yang tak lebih dari ‘mitos’ saja.

    dan, Agama mengatakan, bahwa Tuhan adalah sebuah pusat kebaikan dan kebenaran yang mengendalikan semua yang ada dengan didasari oleh iman.

    Asumsi kita terhadap mencari suatu kebenaran itu perlu, dan pertanyaannya ‘Siapkah kita menerima apa yang sudah kita percayai..??’.

    • Naga…ilmu pengetahuan versi mana yang bilang tuhan itu kata2???? Kami muslim tak pernah memisahkah sebagaimana barat kristen melakukannya….we never do that…ilpeng dan iman bagi kami sejak mula berkawan setia….

  13. Silahkan berasumsi apapun, beropini apapun, berdebat apapun, mempercayai ajaran/teori apapun…
    Nanti jika tiba waktunya, akan jelas siapa yang benar siapa yang salah.

  14. Dia yang berkata sok tahu, lebih terlihat sok dengan pengetahuannya.

    Benar dan Salah “who Knows”? semua hanya berdasarkan kesepakatan.
    A sepakat bahwa semua itu ada penciptanya dan B sepakat dengan imannya,
    M sepakat bahwa logika(entah siapa) tidak jalan. dsb..

  15. Apa yang saya lihat dalam Alam adalah suatu struktur yang menakjubkan, yang dapat kita pahami hanya dengan sangat tidak sempurna, (Albert Einstein) inilah jawabannya.
    Cba cek (Qs.al-mulk) tpi kita tetap menistakannya.

  16. Saya yang seorang Deis, membaca artikel ini (dalem hati) STANDING APPLAUSE! Keren sekali…. Apalagi kutipan kalimat terakhirnya:

    “Let science be science. Let Einstein be Einstein.”

    Dan saya penikmat afirmasi-afirmasi (non paradoks) Einstein, Sagan, Darwin, Hawking, dan deGrasse Tyson.

    HIDUP SAINS MODERN!! ❤️❤️❤️👏🏻👏🏻👏🏻

    (N.B: Karena saya sudah lelah menyembunyikan diri saya di balik tudung-tudung jumawa para konformis yang terlalu menyebar ortodoks, superioritas (terlampau) hakiki, serta carut-marut indoktrinasi teologi/dogma yang kadangkala MEMBUNUH dan MENGKURCACIKAN relevansi rasionalitas, logika, sekaligus aplikasi observasi empiris. Hah, nasib jadi Sang Anomali!)

    • Islam mengajarkan bahwa Allah telah menetukan apakah kita akan mmasuk neraka atau surga sebelum kita dilahirkan. Kejam benar si maha kuasa ini. Makgluk begini kok disembah. Telah bertahun2 kusuruh Allah Swt untuk membunuh saya tapi tidak terjadi apa2.Membunuh saya saja tidak bisa apalagi menciptakan saya. Saya pasti mati tapi bukan karena nyawa saya dicabut Allah atau malaikatnya tapi karena tubuh saya sudah tidak mampu memperthankan kehidupan karena tua, sakit, kecelakaan dibunuh orang, binatang, bukan karena Tuhan. Tuhan, malaikat, setan,jin, nyawa, surga dan neraka tidak ada. Milyaran orang percaya adanya Allah karena dicekoki dari bayi dan ditakut2i neraka. Dulu waktu masih percaya adanya Tuhan, hidup saya penuh ketakutan. Kalau naik kapal terbang dan ada “turbulance” maka saya komat kamit berdoa supaya kapal terbang saya tidak jatuh. Sekarang saya tenagn saja. Saya tidak takut mati. Kalau saya mati maka “saya” akan lenyap yang tinggal adalah tubuh saya yang jutaan tahun kemudian menjadi fosil dan minyak. Hidup saya menjadi tenang tanpa perlu njengkiang njengking menyembah “Allah” yang tidak patut disembah (kalau dia ada).
      Teman teman muslim sadarlah bahwa kamu dibohongi Muhammad lewat orang tua kamu. Dulu alajabar ditemukan orang arab tapi setelah ada Islam maka tidak ada prestasi sedikitpun dari cendekiawan muslim dibandingkan dengan cendekiawaan Yahudi. Islam berkembang karena tingkat kelahirannya sangat tinggi. Satu laki3 bisa membpunyai anak 20 dengan isteri 4 masing2 anaknya 5. Berkembangnya Islam berarti bertambahnya kemelaratan. Yang kaya cuma bajingan2 Arab dan Timur Tengah.
      Ada teman saya sehari sembahyang 44 rakaat padahal yang wajib cuma 17 rakaat lainnya sunah seperti Duha, Tahajud, Witir, Tobat dll. Lumayan nggak perlu senam. Untung Muhammad nawar pada Allah yang gila hormat kalau tidak yang wajib saja 170 rakaat. Teman muslim Muhammad itu “nabi” yang bejad moralnya dan sangat kejam. Jangan ditiru tingkah lakunya. Allah itu bonekanya Muhammad sewaktu2 disuruh bikin wahyu yang menguntungkan dirinya dalam memuaskan nafsu sexnya seperti menyetubuhi anak umur 9 tahun, mengawini bekas mantunya dll. Tinggalkan Islam segera. Tapi jangan masuk Kristen. Sama saja tolonya.

  17. Tidak mudah menggoyahkan sebuah paham lama yang telah berurat akar dalam suatu masyarakat, meskipun itu salah. Jadi, berhati-hatilah.

  18. Roh itu pasti ada…coba baca buku: love beyond life, terbitan gramedia. Orang yg sdh meninggal dunia dpt berkomunikasi dg yg masih hidup.

  19. Saya memilih menjadi agnostic humanis untuk 4 tahun terakhir ini dalam 45 tahun kehidupan pribadi saya sebagai jawaban akan pencaharian saya tentang keagamaan saya sendiri yg merupakan warisan keluarga sejak dilahirkan serupa milyaran manusia lainnya yg mengaku beragama di bumi ini.
    Tulisan diatas sangat baik untuk membantu pencerahan berpikir dan sebagai alternatif bagi mereka yg berpikiran terbuka utk tdk terjebak pada dogma purba buatan manusia yg ditulis dan disucikan dengan ragam ancaman dan mimpi soal kehidupan setelah mati semacam kekekalan/keabadian serta kebahagiaan tak terbatas yg mengalahkan rasa dalam kehidupan nyata yg kita miliki saat ini.
    Diluar dari pada itu,bagi kami kaum agnostic humanis ada atau tidaknya Allah itu sendiri tidaklah perlu.Perbuatan baik bagi sesama adalah kunci keselarasan kehidupan duniawi kita ini dan menjadi kebutuhan wajib bagi antar sesama. Tidak diperlukan Allah,para nabi dan agama untuk itu karena perbuatan baik adalah murni hasil buah pikiran dan karya manusia semata yg juga merupakan kebutuhannya. Adalah hal yg sangat menggelikan bila manusia yg berakal serta berpikiran melakukan perbuatan baik karena tekanan agama yg diyakininnya atau karena ketakuatan akan kematian atau karena mengejar semacam pahala sebagai tiket demi eksis dikehidupan lainnya setelah kematiannya. Karena tampa agama pun manusia tetap dapat dan wajib berbuat baik demi keharmonisan kehidupan itu sendiri dimanapun dia berada dan sebagai apapun dia dalam menaggapi kehidupannya.
    Saya menghormati keyakinan kaum beragama yg percaya akan Allah,surga,neraka sebagai sebuah konsep yg diciptakan oleh manusia itu sendiri untuk mengatur manusia dan liingkungannya serta zaman keberadaanya yg memang sudah diyakini sejak zaman purba dan berevolusi seiring perkembangan/kebutuhan manusia itu sendiri dengan ragam tafsirnya seiring kemampuan dan keyakinan tokoh-tokoh agama itu sendiri dalam menafsirkan dan menebarkannya. Keterbatasan akal,tradisi dan dunia dimana mereka berada lah yg mengakibatkan bentuk keyakinan dan agama itu berujud serupa yg dikenal saat ini. Tapi harus disadari bahwa tampa itu semua pun manusia dan kehidupan ini tetaplah ada sampai proses alam bagi dunia yg menjadi rumah bagi manusia berakhir atau proses alam semesta itu sendiri mengakhirinya. Dan perbuatan baik sebagai buah dari akal manusia tetaplah kunci dari keharmonisan kehidupan ini yg tetap ada tampa agama sekalipun.
    Lalu tentang misteri penciptaan bagaimana..?
    Mungkin sedikit mengutip Stephen Howking yg mengatakan bahwa ,”Alam memiliki hukum sendiri. Salah satunya gravitasi. Dengan begitu alam semesta bisa mencipta diri sendiri dari ketiadaan. Tak perlu meminta Tuhan untuk membuat cetak biru dan mengaturnya,” —- Itu dia. Dan adalah lebih bijak bagi kita manusia untuk fokus pada perbuatan baik yg sesungguhnya “juru selamat” bagi kehidupan dimana kita berada ketimbang menghabiskan waktu dan tenaga pada “sesuatu” yg tidak benar-benar kita kenal dan tidak secara nyata ada dan tidak mempengaruhi kreativitas dalam kehidupan kita sebagai manusai yg berakal dan berpikiran. Salam damai.

  20. kalian terlalu banyak terkena terpaan informasi, sehingga kalian tak tau arah dan tujuan kalian, sibuk membanding bandingkan, padahal yang kalian omongkan bukan murni dari perkataan kalian, tapi hasil pemikiran bersama secara universal. jadi intinya satu yaitu keimanan, udah itu aja, apa itu iman? cari aja di online shop

  21. 1. Jika tuhan tak ada, siapakah pencipta semua ini? Bukankah sebuah cangkir tak akan ada jika tak ada penciptanya(manusia)? Begitu pun dengan alam semesta ini. Apakah matahari yg luar biasa besarnya tiba2 langsung muncul? Tentu saja tidak.

    2. Jika kita terlalu menggunakan logika maka kita akan tersesat, contoh dalam ilmu pasti(matematika) berikut:
    8÷4=2 (karena 2×4=8)
    8÷2=4 (karena 4×2=8)
    8÷1=8 (karena 8×1=8)
    Jika kita simpulkan dari cara di atas, dan kita pakai pada 8÷0=0, apakah 0×0 hasilnya akan 8?tentu saja tidak, (katanya ilmu pasti yg logis, kok ini bisa salah 🤣)

    tolong berikan penjelasan dari kesimpulan diatas terhadap kalian yg berpikir secara logis, yg percaya bahwa semua ada karna hukum alam yg pasti! hehehe pasti otak kalian akan keliru dan bingung 😆

  22. Mmm..apa kabarmu Mas Hawking di alam kubur? Mampukan pengetahuan dan teorimu menolongmu dari pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir?

  23. Mmm..apa kabarmu Mas Hawking di alam kubur? Mampukan pengetahuan dan teorimu menolongmu dari pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir?

    Bukti Bahwa Islam sejak awal bahkan jauh3 sebalum barat renaisance, kami adalah pelopor sains dan riset bro….jadi analismu itu preeeeeetttt…..gak tahu sejarah bener dikau..kasiah deh lho atheis…..
    35 Daftar Ilmuwan Muslim dan Penemuannya

    Berikut merupakan Tokoh-tokoh ilmuan musilim yang harus kamu ketahui, siapa saja daftar ilmuan muslim tersebut, serta apa saja hal yang menjadi penemuannya hingga menjadi terkenal sampai sekarang ini

    Ilmuwan Muslim dan Penemuannya

    Ilmuwan Muslim beserta penemuannya :
    1. Salman Al Farisi; pembuat strategi perang kanal, meriam pelontar/tank.

    2. Miqdad bin Amru; pelopor pembuat pasukan kalveleri/berkuda modern pertama.

    3. Al Nadim (wafat thn 990, abad ke 10); pelopor pembuat katalog/ensiklopedi
    kebudayaan pertama.

    4. Ma’mun Ar Rasyid (thn 815, abad 9); pelopor pendiri perpustakaan umum pertama
    di dunia yang dikenal dengan Darul Hikmah di Baghdad.

    5. Nizam Al Mulk (thn 1067); pelopor pendiri universitas modern pertama di dunia
    yang dikenal dengan Nizamiyyah (ditiru sistemnya oleh Oxford Univ. Inggris).

    6. Al Ghazali (wafat thn 1111); pelopor pembuat klasifikasi fungsi sosial
    pengetahuan yang dalam perkembangannya mengarah timbulnya berbagai jenis
    referensi dan karya bibliografi, ahli ilmu kalam, ahli tasawuf.

    7. Al Khindi (wafat thn 866); ahli/ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli
    matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab
    dan Yunani kuno.

    8. Al Farabi (wafat thn 950); ahli musik dan filsafat Yunani, (salah satu karya
    besarnya dijiplak bebas oleh Thomas Aquinas).

    9. Ibnu Sina (wafat thn 1037) dikenal oleh barat dengan nama Aveciena; ilmuwan
    ensiklopedi, dokter, psikolog, penulis kaidah kedokteran modern (dipakai
    sebagai referensi ilmu kedokteran barat), menulis buku tentang fungsi organ
    tubuh, meneliti penyakit TBC, Diabetes dan penyakit yang ditimbulkan oleh efek
    fikiran.

    10. Ibnu Rusydi (wafat thn 1198) dikenal oleh barat dengan nama Averusy; ahli
    fisika, ahli bahasa, ahli filsafat Yunani kuno.

    11. Fakhruddin Razi (wafat thn 1290); ahli matematika, ahli fisika, tabib/dokter,
    filosof, penulis ensiklopedia ilmu pengetahuan modern.

    12. Ibnu Khaldun (wafat thn 1406); sejarahwan, pendidik ulung, pendiri filsafat
    sejarah dan sosiologi.

    13. Ibnu Thufail (wafat thn 1185); dokter, filosof, penulis novel filsafat paling
    awal Risalah Hayy Ibn Yaqzan kemudian dijiplak habis-habisan oleh Defoe dengan
    judul barunya Robinson Crusoe

    14. Ibnu Al Muqaffa (wafat thn 757); pengarang kitab Al Hayawan atau kitab tentang
    Binatang/ Ensiklopedia tentang Hewan.

    15. Ikhwan Ash Shafa (983); pembuat serial pertama dan ensiklopedi pertama
    (bukanlah Marshall Cavendish seperti yang diakui sekarang).

    16. Al Khwarizmi (w.thn 850); menemukan logaritma (berasal dari nama Al Khwarizmi)
    dan aljabar (Al Jabr), ilmu bumi dengan menyatakan bumi itu bulat sebelum
    Galileo dengan bukunya Kitab Surah al Ardh.

    17. Abu Wafa’ (w.thn 997); mengembangan ilmu Trigonometri dan Geometri bola serta
    penemu table Sinus dan Tangen, juga penemu variasi dalam gerakan bulan.

    18. Umar Khayyam (w.thn 1123); memecahkan persamaan pangkat tiga dan
    empat melalui kerucut-kerucut yang merupakan ilmu aljabar tertinggi dalam
    matematika modern, penyair.

    19. Al Battani (w.thn 929); ahli astronom terbesar Islam, mengetahui jarak bumi
    – matahari, alat ukur gata gravitasi, alat ukur garis lintang dan busur
    bumi pada globe dengan ketelitian sampai 3 desimal, menerangkan bahwa bumi
    berputar pada porosnya, mengukur keliling bumi. ( jauh sebelum Galileo), table
    astronomi, orbit planet-planet.

    20. Ibnu Al Haytsam (w.thn 1039);Â pelopor di bidang optik dengan kamus
    optiknya (Kitab Al Manazhir) jauh sebelum Roger Bacon, Leonardo da Vinci,
    Keppler, dan Newton, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya (jauh sebelum
    Snellius), penemu alat ukur ketinggian bintang kutub, menerangkan pertambahan
    ukuran bintang-bintang dekat zenit.

    21. Al Tusi (w.thn 1274); Astronom kawakan dari Damaskus yang melakukan penelitian
    tentang gerakan planet-planet, membuat model planet (planetarium) jauh sebelum
    Copernicus.

    22. Tsabit bin Qurrah (w.thn 901); penemu teori tentang getaran/trepidasi.

    23. Jabir Ibnu Hayyan (w.thn 813); ahli kimia dengan berbagai eksperimennya, penemu
    sejumlah perlengkapan alat laboraturium modern, system penyulingan air,
    identifikasi alkali, asam, garam, mengolah asam sulfur, soda api, asam
    nitrihidrokhlorik pelarut logam dan air raksa (jauh sebelum Mary Mercurie),
    pembuat campuran komplek untuk cat.

    24. Abu Bakar Ar Razi (w.thn 935); membagi zat kimia ke dalam kategori mineral,
    nabati dan hewani (klasifikasi zat kimia) jauh sebelum Dalton, pembagian fungsi
    tubuh manusia berdasarkan reaksi kimia komplek.

    25. Al Majriti (w.thn 1007); membuktikan hukum ketetapan massa (900 tahun sebelum
    Lavoisier)

    26. Al Jahiz (w.thn 869); menulis penelitian tentang ilmu hewan (zoology) pertama
    kali.

    27. Kamaluddin Ad Damiri (w.thn1450); mengembangkan system taksonomi/ klasifikasi
    khusus ilmu hewan dan buku tentang kehidupan hewan.

    28. Abu Bakar Al Baytar (w.thn 1340); pengarang buku tentang kedokteran hewan yang
    pertama.

    29. Al Khazini (1121); ahli kontruksi, pengarang buku tentang teknik pengukuran
    (geodesi) dan kontruksi keseimbangan, kaidah mekanis, hidrostatika, fisika,
    teori zat padat, sifat-sifat pengungkit/tuas, teori gaya gravitasi (jauh 900
    thn dari Newton)

    30. Al Farghani (w.thn 870); pengarang buku tentang pergerakkan benda-benda langit
    dan ilmu astronomi dan dipakai oleh Dante jauh kemudian.

    31. Al Razi (abad ke8); pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahasianya rahasia) tentang
    penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi
    (sekarang Perancis yang terkenal), ekstrak tanaman untuk keperluan obat,
    pembuatan sabun, kaca warna-warni, keramik, tinta, bahan celup kain, ekstrak
    minyak dan lemak, zat warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian
    tentang penyakit wanita dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata,
    penyakit campak dan cacar.

    32. Banu Musa bersaudara (abad ke 9); pengarang buku Al Hiyal (buku alat-alat
    pintar) yang berisikan 100 macam mesin seperti pengisi tangki air otomatis,
    kincir air dan system kanal bawah tanah (sekarang yang terkenal Belanda),
    teknik pengolahan logam, tambang, lampu tambang, teknik survei dan pembuatan
    tambang bawah tanah.

    33. Al Farazi (w. thn 790); perintis alat astrolab planisferis yaitu mesin hitung
    analog pertama, sebagai alat Bantu astronomi menghitung waktu terbit dan
    tenggelam serta titik kulminasi matahari dan bintang serta benda langit lainnya
    pada waktu tertentu.

    34. Taqiuddin (1565); merintis jam mekanis pertama dan alarmnya yang digerakkan
    dengan pegas.

    35. Ibnu Nafis (w.thn 1288); menulis dan menggambarkan tentang sirkulasi peredaran
    darah dalam tubuh manusia (Harvey 1628 dianggap pertama yang menemukannya).

  24. Terus karyamu apa dibanding ilmuwan muslim sampai seawam itu seorang agamawan di matamu? Apa mereka termasuk agamawan yang dikau maksud? Apamereka kalau ditanya masih butuh banget support wiseword nya ilmuwan kapir broo…..paham ente?
    sadar3 bro dari atheisme yang engkau derita, ok?

Leave a reply to muchdir Cancel reply